MARITIMRAYA.Com - Batam, Provinsi Kepulauan Riau memiliki luas perairan 95,57% di banding luas daratannya hanya 4.43%, Potensi perikanan tangkap nya sendiri berdasarkan data hasil kajian identifikasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan perikanan DKP Kepri menyebutkan angka tingkat pemanfaatan Peluang Pengembangan Produksi mencapai 676,921 ton pertahun dari berbagai jenis Ikan: Pelagis, Ikan Karang dan Ikan Demersal dll.
Potensi penangkapan ikan di perairan Kepri yang berlimpah inilah yang dilihat oleh Baskoro, seorang pensiunan Kepala Kantor Pelabuhan Perikanan Kendal Jawa Tengah, Mengumpamakan perairan Kepri bagai emas yang terlupakan.
Baskoro yang sekarang bermukim di Batam kepada awak media mengatakan bahwa upaya untuk merealisasikan potensi perikanan Kepulauan Riau masih sangat minim dan perlu perhatian serius pemerintah daerah.
Dikatakanya selama ini Yang menangkap ikan di wilayah 12 mil ke atas didominasi oleh kapal dari Jawa. Kemudian Hasil tangkapan dijual Sebagian di Batam selanjutnya langsung dibawa ke Jawa. Hal ini dikarenakan mereka tidak punya home base di Batam.
"Jadi sudah benar potensi perikanan tangkapnya luar biasa di Kepri. Kampung Nelayan terkaya di Indonesia itu salah satu fishing ground nya di Kepri" ujar Baskoro menjelaskan.
Menurutnya Kepri sendiri sangat kekurangan Armada penangkapan ikan. Untuk bisa memaksimalkan hasil penangkapan sesuai data peluang pengembangan produksi sebanyak 676,921 ton, kepri membutuhkan tambahan Armada, antara lain untuk penangkapan Ikan Pelagis Kecil, untuk menangkap ikan demersal setidaknya 50 unit Kapal jenis Gillnet,. untuk menangkap ikan Tuna dan sejenisnya butuh 10 unit Kapal jenis Longline, Kapal cumi cumi 10 unit Kapal. Kapal Bubu 20 unit. Kapal mini purse seine 50 unit dan Kapal Ikan rawai dasar ( Bottom Long line ) minimal 40 unit Kapal.
Sebagai solusi dan saling menguntungkan pemerintah kepulauan Riau (Kepri) dapat memfasilitasi home base untuk Kapal - kapal Perikanan di Jawa. Selain mengurangi penumpukan kapal - kapal yang rawan terjadi kebakaran seperti terjadi bulan lalu di Jawa, dan ini Juga akan menguntungkan bagi semua.
Selain itu dengan memfasilitasi homebase di Batam, maka Kapal dari Jawa yang biasanya melaut setahun tiga kali bisa jadi setahun enam kali. Jelas ini lebih untung dan Industri pendukung seperti penyediaan es, logistic, docking serta lainnya juga akan hidup kembali. Pemerintah harus mendukung dengan menyediakan Pelabuhan Perikanan resmi dan tempat pelelangan ikan. Untuk sementara, pihak swasta bisa di optimalkan menunggu pelabuhan resmi pemerintah.
Ketika mengunjungi Kantor Syahbandar Pelabuhan Perikanan Barelang Kepri , Baskoro dan kru media pada Selasa (15/02/22) memang menjumpai kenyataan yang sangat kontradiktif dengan potensi perikanan Kepri.
Salah seorang staff kantor Fadil saat ditemui mengatakan dalam satu hari perizinan yang kami tangani cuma sekitar 3 atau 4 kapal saja. Itupun rata rata kapal bubu yang menangkap di areal tangkahan. Untuk kapal purse seine sendiri ada 12 kapal lokal yang sekarang belum melaut karena kuatnya angin.”
Diterangkannya untuk Pelabuhan Ikan milik swasta yang berada tidak jauh dari Kantor Syahbandar Perikanan Barelang Kepri menurut Fadil sudah dari tahun 2016 bisa dikatakan sepi. semenjak menteri Susi melarang Kapal Penangkap Ikan Asing beroperasi di Indonesia , praktis pelabuhan perikanan swasta tersebut menjadi sepi dan tidak ada kegiatan sampai sekarang.
Menanggapi keterangan Fadil, Baskoro mengatakan bahwa saat ini yang dibutuhkan bukanlah investasi besar yang luar biasa. " saya siap melobi dan mendatangkan kapal-kapal penangkap ikan dari Jawa ke Batam ataupun Kepri. Tetapi tetap dibutuhkan juga kebijakan dan perhatian dari para stakeholder yang ada, serta juga masyarakat dan pengusaha. Ini tinggal sedikit ramuan saja, sudah bisa jalan." Ucap Baskoro.
Latar belakang Baskoro memang sangat mendukung pandangannya terhadap kondisi perikanan tangkap Kepri . Setelah bekerja di Kapal Survey, pada tahun 2006 sd 2014 Baskoro menjadi petugas cek fisik kapal perikanan baik yang Mengantongi ijin pusat, ataupun ijin provinsi, Dalam masa tersebut.
Adapun karir dan pengalaman Baskoro sebagai abdi negara yakni, Pada tahun 2013 di tugaskan di Pelabuhan Perikanan Pantai ( P3 ) Rembang. Selanjutnya ditugaskan P3 Pati, tahun 2015. Dari Pati, P3 Tegalsari Tegal tahun 2016. dan di Kendal adalah tempat Baskoro mengakhiri masa dinasnya di 2019 dan menjabat sebagai Kepala Kantor pelabuhan perikanan Pantai Kendal Provinsi Jawa Tengah.
Dengan latar belakang yang sangat mendukung, wajar jika Baskoro mengatakan Perikanan Tangkap Kepri adalah tambang emas yang terluputkan. ( Arifin )
Posting Komentar