MARITIMRAYA.com - Batam. Guna menekan penyebaran Covid-19, BP Batam melalui Biro Humas, Promosi dan Protokol menyerahkan bantuan masker untuk Masjid B.J. Habibie dan Masjid Agung Batam, pada Senin (8/6/2020) sore.
Penyerahan masker dilakukan oleh Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Dendi Gustinandar, mewakili Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, dan diterima oleh Ketua BKDI BP Batam, Asep Lili Kholilulloh dan Ketua DKM Masjid Agung Batam, Firmansyah.
“Penyerahan bantuan masker ini adalah dalam rangka bersiap menghadapi fase New Normal, sekaligus menjalin silaturahmi dengan para pengurus masjid di Bulan Syawal yang penuh rahmat ini,” ujar Dendi Gustinandar.
Dendi menambahkan, masker-masker tersebut merupakan bantuan yang diberikan kepada BP Batam dari the Belt and Road Research Institute (Shenzhen) for International Cooperation and Development dan Shenzhen Fondation For International Exchange and Cooperation, di mana sebelumnya telah dilaksanakan pembagian 71.000 masker gratis untuk warga Batam pada awal Juni lalu.
“Di masa pandemi, sangat penting bagi jama'ah masjid menggunakan masker, dan selalu menerapkan protokol kesehatan dalam beraktivitas,” kata Dendi.
Ketua Pengurus Masjid Agung Batam, Firmansyah, mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh BP Batam tersebut.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada BP Batam yang telah menyerahkan bantuan 2.000 masker kepada kami. Ini adalah salah satu bentuk kepedulian BP Batam terhadap jemaat Masjid Agung Batam,” kata Firmansyah.
Menurutnya, kegiatan tersebut sangat menunjang program para pengurus Masjid Agung Batam untuk membagikan masker kepada jama'ah yang ingin beribadah.
“Bantuan masker tersebut sangat membantu kami selaku pengurus, karena kebetulan stok masker di Masjid Agung Batam untuk jemaah sudah menipis. Kami harap program yang sudah berlangsung dapat terlaksana dengan baik dan jama'ah tetap dapat melangsungkan ibadah di Masjid Agung Batam,” ungkap Firmansyah.
(Hms -red)
MARITIMRAYA.com –
Pelayaran, Perjuangan panjang Indonesia melalui kementerian Perhubungan melalui
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dalam meningkatkan keselamatan pelayaran,
melindungi lingkungan maritim, serta memfasilitasi proses transit kapal yang
aman di Selat malaka dan Selat Singapura akhirnya berbuah manis dengan
diterbitkanya Surat Edaran Internasional Maritime Organization (IMO) Nomor
SN.I/Circ.338 Tentang Information Concerning The Availibility of Voluntary
Pilotage Service in The Straits of Mallaca and Singapore.
Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo mengungkapkan surat edaran tersebut
dikeluarkan oleh IMO dan diunggah di website resmi IMO pada Kamis (30/4), dimana
isinya memuat tiga negara pantai menginformasikan kepada organisasi
internasional dan masyarakat maritim bahwa layanan pemanduan luar biasa atau
Voluntary Pilotage Service (VPS) telah tersedia di Selat Malaka dan Selat Singapura
sejak tanggal 1 Januari 2019 oleh para pilot yang disertifikasi oleh masing –
masing pihak berwenang dari tiga negara pantai ( Indonesia, Malaysia,
Singapura).
Surat edaran
tersebut juga menyatakan tautan menuju Website resmi ketiga negara pantai yang
berisikan Guideline atau Panduan dalam pelaksanaan layanan pemanduan, dan telah
diadopsi ketiga negara pantai tersebut pada sidangTripartite Tecnical
Expert Group on The Straits of Malacca
and Singapore (TTEG) ke-41 Tahun 2016 yang lalu.
“Dengan demikian,
bisa dikatakan perjuangan kita untuk melaksanakan pemanduan luar biasa secara
bersama dengan tiga negara pantai di kedua Selat tersebut telah resmi diakui
oleh IMO dan Dunia, “ ujar Dirjen Agus.
Sementara itu,
Direktur Kepelabuhanan Subagiyo mengungkapkan, bahwa pemanduan di Selat Malaka
dan Selat Singapura pertama kali diperkenalkan melaluiDokumen IMO Nomor Res.
A.375(x) tanggal 14 November 1977 tentangNavigation Through the strait malacca
and Singapore, dimanapada Annex V-nya disebutkan bahwa semua Deep Draught
Vessel (DDV) dan Very Large Crude Carrier (VLCC) direkomendasikan mengunakan
Pilot atau jasa pemanduan apabila telah tersedia.
Selanjutnya,
ketentuan dimaksud diperbaharui dengan SN.Circ 198 tanggal 26 Mei 1998 pada Annex
1 ketentuan umum butir 3 yang menyatakanrekomendasi untuk menggunakan layanan
pandu bagi kapal yang memiliki draft dalam dikala melintas di Selat Malaka dan
Singapura.
Lebih lanjut,
pembahasan terkait peningkatan keselamatan pelayarandan perlindungan lingkungan
maritim melalui jasa pemanduan juga muncul pada sidang TTEG ke- 18 di Malaysia
pada tahun 1993, namun demikian, pembahasan khusus menenai agenda pemanduan di
Selat Malaka dan Selat Singapura baru muncul kembali padasidang TTEG ke-41 di
Yogyakarta pada tahun 2016, yang menyepakati Guidelines on Voluntary Pilotage
Services in the straits of Malacca ang Singapore, dimana sebelumnya telah
melalui beberapa kali seri pertemuan oleh ketiga Negara pantai dalam rangka
menyusun pedoman pandu luar biasa di Selat Malaka dan Selat Singapura yang
merupakan lalulintas kapal terpadat no.2 di Dunia.
“Guidelines
tersebut memuat ketentuan dalam pelaksanaan pemanduan luar biasa secara bersama
di Selat Malaka dan Singapura oleh tiga Negara pantai,”ujar Subagiyo.
Tiga Negara
pantai kemudian sepakat untuk membahas teknis kesiapan penyelenggaraan pandu
dimasing-masing negara dan menyampaikan draft surat edaran IMO yang berisi
pemberlakuan VPS di Selat Malaka dan Singapura kepada sekretariat IMO untuk
mendapatkan masukan dan persetujuan lebih lanjut.
“Sekretariat IMO
kemudian menyampaikan dukungan dan kesediaan untuk memproses lanjut draft
tersebut setelah Tiga Negara pantai melakukan pertemuan informal dengan
sekretariat IMO di Sela –sela Sidang IMO NCSR ke-7 di London pada Januari 2020
lalu sampai akhirnya dikeluarkan secara resmi pada bulan April ini,”tutup
Subagiyo. (Red)
MARITIMRAYA.com - Batam, Peristiwa kapal niaga kandas diperairan batu berenti kecamatan Belakang Padang kota Batam hampir terjadi setiap tahun, tentu hal ini menjadi sorotan negatip bagi dunia pelayaran internasional.
Seperti pada pertengahan bulan mei tepatnya pada Senin (11/5) yang lalu dua unit kapal niaga di hari yang sama yakni, kapal kargo MV. Samudra Sakti 1 berbendera indonesia dan kapal kargo MV Shahraz berbendera Iran kandas menabrak batu karang diperairan batu berenti kepulauan Batam.
Beruntung MV Samudra Sakti1 tidak mengalami kebocoran sehingga saat air pasang kapal dapat bergerak kembali, namun naas bagi kapal asing MV Shahraz yang memuat full ratusan kontainer, terlihat lambung sebelah kanan robek dan kondisi kapal melengkung seperti patah tengah.
MV. Shahraz yang sebelumnya berangkat dari Malaysia tujuan India, hingga kini tengah proses evakuasi kontainer ship to ship (STS) diperairan Batu Berenti , menurut Nara sumber kepada awak media mengatakan muatan kontainer dipindahkan ke kapal kargo lain, proses STS menggunakan crane kapal tongkang dan selanjutnya disusun diatas kapal kargo, " muatan yang sudah memenuhi kapasitas kapal kargo diberangkatkan negara tujuan yakni India" ujarnya.
Sementara kru kapal asing bendera Iran itu sebanyak 26 orang mereka semua berkebangsaan Pakistan sekarang berada di Rudenim imigrasi Kab Tanjung Balai Karimun" Sebutnya
Evakuasi Kapal asing Charaz yang kandas diperairan pulau berenti kecamatan Belakang Padang kota Batam terkesan tidak transparan, lambat serta memakan biaya tinggi, aneh bin ajaib perairan batu berenti secara geograpis masuk wilayah kerja Batam, namun sekarang berada di wilayah kerja Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kabuapten Tanjung Balai Karimun, yang mana sebelumnya berada wilayah kerja KSOP kelas III pulau sambu Batam.
Kepala Syahbandar Otoritas Pelabuhan kelas 1 Tanjung Balai Karimun Capt. Barlet S, selaku regulator yang berwenang menangani keamanan dan keselamatan pelayaran saat dihubungi awak media tidak menggubris pada Jumat (29/5) dan kirim pesan via whatsapp tidak mau membalas.
Perairan batu berenti merupakan jalur lalu lintas kapal terpadat NO : 2 di dunia dan ditetapkan sebagai kawasan pandu luar biasa, kawasan yang rawan kecelakaan ini mendapat perhatian khususnya dari pemerintah Jepang akan keselamatan pelayaran kapal negara matahari terbit, sehingga pihaknya menghibahkan peralatan canggih Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di Batam dan di pulau takong hiu kecil sekitar tahun 2013
Ditengarai proses evakuasi STS memakan biaya sekitar Rp 50 M, namun hingga kini instansi berwenang belum memberi keterangan terkait perusahaan keagenan kapal dan perusahaan bongkar muat kapal serta perusahaan kerja bawah air (salvage) yang mengerjakan evakuasi kapal asing tersebut.**Tim
"
MARITIMRAYA.COM - BATAM, Yellow Hotel Harbourbay Batam menawarkan berbagai kegiatan Halal BI Halal Pasca Lebaran Idul Fitri yang biasa dila...